MAKANAN KHAS BANTEN KUE JOJORONG

 




SEJARAH KUE JOJORONG


   Kue jojorong adalah kue tradisional khas Banten dan Jawa Barat, terutama dari daerah Pandeglang dan Serang. Kue ini berasal dari warisan kuliner masyarakat Sunda yang sudah ada sejak zaman dahulu dan biasanya dibuat untuk acara adat, syukuran, atau sajian saat Ramadan.

   Nama "jojorong" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang bisa berarti “mendorong” atau “menyodorkan”, yang berkaitan dengan cara penyajian kue ini—disajikan dalam wadah daun pisang yang terbuka di atas, seakan "didorong" ke atas.

   Jojorong dibuat dari tepung beras, gula merah, santan, dan tepung kanji, lalu dikukus dalam wadah daun. Teksturnya lembut, rasanya manis dan gurih. Meski tergolong kue jadul, kue ini masih eksis hingga kini sebagai bagian dari jajanan pasar khas Banten.


KOMPOSISI


BAhan-Bahan Adonan:

  1. Tepung beras – ±150 gram
    Sebagai bahan dasar utama adonan, memberi tekstur lembut.

  2. Tepung kanji (tapioka) – ±50 gram
    Menambah kekenyalan pada kue.

  3. Santan kental – ±500 ml
    Untuk rasa gurih dan tekstur lembut.

  4. Air matang – ±200 ml
    Digunakan untuk melarutkan tepung dan mencampur adonan.

  5. Garam – 1/4 sendok teh
    Penyeimbang rasa agar tidak terlalu manis.

  6. Daun pandan (opsional) – 1 helai
    Direbus bersama santan untuk menambah aroma.


ISIAN GULA:
  1. Gula merah serut / iris – ±100–150 gram
    Ditaruh di tengah adonan sebelum dikukus, sebagai pemanis alami.
  2. Bahan Pembungkus:
  1. Daun pisang muda – secukupnya
    Dibentuk seperti mangkuk kecil atau kotak terbuka untuk wadah kue.

  2. Lidi / tusuk gigi – untuk mengunci bagian bawah daun agar adonan tidak tumpah.


  Catatan Tambahan:

  • Daun pisang biasanya dipanaskan sebentar (dilayukan) agar lentur dan tidak robek saat dibentuk.
  • Kue dikukus selama ±20–30 menit hingga matang, dan disajikan langsung dalam daun pisang.

Varian Rasa Kue Jojorong:

  • Original (gula aren & santan)
  • Pandan dan stroberi (jarang, versi modern)

Harga:

  • Rp 1.000 – Rp 2.000 per buah
  • Rp 5.000 – Rp 6.000 per 10 buah (paket)


Kandungan Gizi (Per Buah):
  • Energi: ±100–130 kkal
  • Karbohidrat: ±20–25 gram
  • Gula: ±10–15 gram (dari gula merah)
  • Lemak: ±3–5 gram (dari santan)
  • Protein: ±1–2 gram
  • Serat: ±0,5–1 gram
  • Kolesterol: rendah (karena tanpa bahan hewani)


 Kelebihan:

  • Rasa manis dan gurih khas dari gula merah & santan
  • Aroma alami dari daun pisang
  • Tekstur lembut & kenyal
  • Murah dan mudah ditemukan di pasar tradisional
  • Bebas pengawet & pewarna buatan (jika buatan rumahan)

  Kekurangan:

  • Cepat basi, apalagi jika tidak disimpan di lemari es
  • Tinggi gula, kurang cocok untuk penderita diabetes
  • Tidak tahan lama, sulit dijual dalam skala besar tanpa pengawet
  • Jarang divariasikan, rasa cenderung itu-itu saja

 Perkembangan Kue Jojorong:

  • Asal dari daerah Banten dan sebagian Jawa Barat, khususnya Pandeglang dan Serang.
  • Awalnya dibuat sebagai kue rumahan untuk acara adat atau suguhan saat Ramadan.
  • Tetap eksis sebagai jajanan pasar tradisional meski belum banyak dikenal secara nasional.
  • Beberapa pelaku UMKM mulai memodifikasi tampilan dan rasa (seperti pandan/stroberi), tapi masih jarang.
  • Semakin dikenal berkat promosi di media sosial dan acara kuliner lokal.

  Kesimpulan:

Kue jojorong adalah kue tradisional khas Banten yang masih bertahan di tengah gempuran makanan modern. Rasanya yang khas, harga terjangkau, dan bahan alami menjadikannya bagian penting dari warisan kuliner daerah yang patut dilestarikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERALATAN RUMAH TANGGA ULEKAN MANGGELANG

PERALATAN DAN PERAWATAN TUBUH FACE WASH

MINUMAN KHAS BANTEN ES CINCAU HITAM